Thursday, October 12, 2006

Khalwat Malam Penghabisan...

Sadarulkalam, langit masih kosong tanpa kerdip kartika. Sembari hilal pelan-pelan mengengsot jadi purnama. Bani 'Azazil dibelenggu waja, tinggal hawa merajalela. Sebuah madrasah tertegak buat menyuci jiwa. Kudus sekudus-kudusnya.

Hening madrasah cempera. Tatkala suatu senja tetangga menghadiahi juadah berbuka. Memenuhi angkasa. Katanya, kami ’kan sudah lama kirimi udara, apa salahnya kirimi asap pula. Kata Al-Quran yang berjalan, Jibril selalu mengingatkan keperluan berbuat baik sesama jiran hingga aku sangkakan faraidh juga boleh diberi kepada jiran. Bukankah kalian dengan pesantren bertebaran seharusnya menunjuk contoh teladan?

Hari demi hari, meski asap menyesak pernafasan mengabur pandangan, mukmin tekal bertahan sehingga kedua puluh bilangan. Sebaik salam, dua telapak tangan ditadahkan hinggalah sampai lafaz bi hurin ’ein mutazawwijin, kumat-kamit menyebut ameen, ameen, ameen. Di riadhul jannah, sang perawan ikut menurut, insya-Allah ketemu di peterana ’Illiyyin.

Janji Tuhan kawan, janji Tuhan. Teraniaya dan berpuasa, doa yang dipanjatkan sampai terus tanpa hijab segala. Bermula dengan titis kemudian gerimis jadi lebat mengusir asap penuh noda pulang ke asalnya. Hening madrasah kembali menjelma. Pencarian seribu bulan bermula sampai usai cerapan mengabsah purnama jadi hilal semula.

Malam ke-20 Ramadhan 1427 Hijriyyah

No comments: