Friday, December 23, 2005

Surat Dari Seberang : Buat Jejaka Dari Seberang (Perai Selatan)...

Suatu hari, Syeikh Nawawiyah yang dianugerahi Allah akan kasyaf berkata kepada anakandanya, Syeikh Muhammad Amin yang hendak pergi berlayar. "Janganlah engkau singgah di Tanah Melayu, kelak engkau tidak akan pulang-pulang ke Majapahit lagi". Tuhan tidak akan mentakdirkan sesuatu melainkan takdir itu baik bagi hamba-Nya. Tambahan, siapa pula mampu melawan takdir. Syeikh Muhammad Amin telah singgah di Pulau Pinang dan benar, ia tidak pernah menjejak kaki ke kampung halamannya lagi sesudah itu. Bertemu jodoh dengan orang tempatan, keturunannya berkembang sehinggalah sampai kepada salasilah yang keenam yakni aku.

Seharusnya aku ke Johor minggu ini. "Nak buat apa?", tanya mak aku. "Hendak menjejak keturunan", jawab aku, walaupun aku tahu keturunanku sebenarnya berada nun jauh di Jawa Timur sekarang ini. Jawapan yang sungguh tak logik, seumpama orang yang kehilangan sesuatu pada waktu malam. Apabila ditanya mengapa dicari di bawah sinaran Lampu Jalan Kampung electronic ballast 150 watt, maka jawabnya, "Sini terang sikit". Tak logik, memang tak logik. Sebab itulah aku membatalkan hasrat ke sana.

Sebelum Jumaat tadi aku terima sepucuk surat. Seraya ku buka sampulnya dan di bawah ini tertera isi kandungannya:

"Assalamu'alaikum wr. wb.

Sebelumnya terima kasih atas kedatangan cardmu. Sebulan lamanya suratmu bisa sampai ke Indonesia, suratmu sampai tanggal 19 November. Jadi aku baru membalas suratmu tanggal 13. Maaf, mungkin terlalu lama karena banyak tugas dan aktivitas di kampus. Melalui surat ini kita mulai persahabatan kita, aku tau kamu orang baik dan kita akan menjadi sahabat walaupun kita tidak pernah bertemu dan bertatap muka. Saya rasa itu awal yang baik, saya harap kita saling menerima satu sama lain. Negara, bahasa dan segala perbedaan itu tidak jadi masalah.

Sebenarnya saya merasa lucu ketika menuliskan surat untukmu, karena sebelumnya aku tidak terbiasa menuliskan surat untuk seseorang. Karena itu, aku harap kau bisa mengerti. O ya, bagaimana khabarmu? Saya harap semoga baik-baik saja dan saya di sini juga alhamdulillah dalam keadaan baik-baik. Seperti biasa kegiatan sehari-hariku study di MUY (Muhammadiyah University of Yogyakarta). Saya mengambil jurusan International Relations. Aktivitasmu sehari-hari apa saja? Saya ingin tau. Saya ingin kamu sedikit bercerita about yourself.

Kamu balas suratku ini ya...! Senyum dong '-'. Jangan stress baca suratnya. Jangan lupa dibalas ya...! Saya tunggu balasan suratmu. O ya, saya hampir lupa, sebelum saya mengakhiri surat ini, meskipun Idul Fitri sudah lewat, bila jemari tak sempat berjabat, raga tak kuasa bertatap dan bila kata melukai sukma. Semoga maaf masih terbuka. Dengan hati yang suci mohon maaf lahir dan bathin.

Wassalamu'alaikum wr. wb."


Aku tak tahu sama ada ia keturunan Chairil Anwar kah, atau Hamka kah, atau boleh jadi seketurunan denganku. Apapun, aku terima dengan tangan terbuka. Kepada Dilah, usahlah lekas menerka abangmu ini Pemburu Buaya. Hablum minannas, apa salahnya.

Ho, ho, ho, ho, ho, Horlicks!

No comments: