Saturday, December 22, 2007

Syair Terakhir...

Semakin hampir aku dijemput pulang tika muda langsung mengucapkan selamat tinggal kepada dunia, sambil-sambil menyeluruhi sekeping kad ucapan hari lahir, aku akan teringat bahawa dahulu aku pernah ada seorang kawan di sebuah bandar raya. Perkenalan yang bermula dengan silap duga, ada rembesan air mata katanya. Seterusnya persahabatan yang ada kala dibumbui dengan salah terka lantas ada hati terluka. Siapa tahu, kesudahannya ditandai dengan kekhilafan jua. Hanya doaku, semoga dia lulus PTK 1 dengan jayanya pada cubaan kali pertama.

* * * * * *

AL-WARQATU ILA ZUMALA'I (KHUSUSAN ILA UKHTI)

Bait-bait begini takkan terdengar lagi
Kerna inilah bicaraku buat penghabisan kali

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ke hadapan teman yang dirahmati
Moga diberkati Rabbul 'Izzati
Sekadar renungan setiap diri
Agar terhindar menjadi 'Asi

Manusia tiada tercipta sempurna
Cacat dan cela di mana-mana
Meskipun 'amal bersederhana
Biarlah hidup penuh bermakna

Biarpun orang berbuat tahana
Usah berdendam di dalam jiwa
Pohonkan agar mereka bahgia
Bak Ahmed Deedat akan doanya :
(Tum salamat reho hazare bares, aur har bares dilho pancha tadhar)
Maksudnya ringkas namun bermakna
"Mudah-mudahan panjang usia"

Malu berdosa satu tuntutan
Wajib ke atas setiap insan
Bukan semata kaum perempuan
"Fainna al-Haya'a minal iman"

Sebelum ternoktah sehelai warkah
Ada suatu pesan tergubah
Resmi dunia bertemu berpisah
Izinkan hamba untuk bermadah

Jikalau teringat sekali-sekala
Di mana juga kita berada
Tatkala malam telah menjelma
Kita menatap rembulan yang sama

Dan warkah pun dikirimlah. Usah masyghul teman berbudi luhur. Aku cuma berundur.

Auditorium
INTAN Bukit Kiara
"Malam Secerah Pawana"
19 Ogos 2004 (Khamis)

1 comment:

Anonymous said...

Khususan Ila Akhi,

Kekhilafan diri, walau kerapkali direnungi, pasti mengoyak hati menjadi keping-keping berdarah. Hatta pada yang setia menghulur tali buat pedoman di jalan yang tidak tahu di mana duri, di mana kerikil. Walau selaut maaf dihamparkan, belum tentu dapat merawat luka-luka tersebut. Tatkala menekuni, rupanya selama ini hanya saya yang menerima kebaikan, dan tidak tega memberi balasan kepada saudara, walaupun sebenarnya saya berusaha utk mendalami kebaikan saudara dan membalas dengan seribu kebaikan lagi. Selalu saya silap menerka, dan kesilapan memang ada harganya. Selalu juga saya tertanya, kenapa terkaan yang silap tidak pernah diperbetulkan. Manakan dapat saya telah hati seorang saudara yang tidak pernah saya lihat perubahan air mukanya. Walau segunung intan saya labuhkan di hadapan saudara, tidaklah dapat membalas kebaikan saudara selama ini. Walau saya berharap persahabatan ini tiada noktahnya, kadang-kadang harapan tidak tertunaikan. Ada kata tak terungkapkan, tapi lebih baik disimpan sebab kalau diungkap tiada makna lagi.

Bohot Bohot Syukriah. Hanya Allah pembalas budi.

~Ukhtuka~